Laman

Selasa, 17 Agustus 2010

Robert Gates Mundur Pada 2011


Selasa, 17 Agustus 2010 | 08:06 WIB

TEMPO Interaktif, Washington - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates, yang menjabat sejak mantan Presiden George Bush sebelum menduduki posisi yang sama untuk Presiden Barack Obama, berencana untuk mundur tahun depan. Niat itu seperti mengabaikan sense krisis yang bergulir di Afganistan.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Foreign Policy yang berbasis di Washington edisi pekan ini, Gates tak memberikan tanggal pasti saat dia mundur, tapi menyatakan bahwa itu dilakukan sebelum pemilu presiden pada 2012. Karena dia tak ingin membuat kesulitan untuk Obama dengan bertahan menjabat terlalu lama.


"Saya pikir itu bakal menjadi sebuah kesalahan menunggu hingga Januari 2012," ujar Gates, kemarin. "Ini bukanlah sejenis pekerjaan yang kamu ingin jabat hingga musim panas tahun pemilihan umum."


Menteri Pertahanan, yang akan memasuki usia 67 tahun bulan depan, yang ditunjuk Bush pada Desember 2006 menggantikan Donald Rumsfeld dan telah diangkat kembali oleh Obama, yang ingin menunjukkan bahwa dia bukan secara politik partisan dalam membuat keputusan.


Di kalangan lingkar dalam Gedung Putih, seperti Kepala Staf Rahm emanuel, menyebutkan bahwa Obama menghargai keputusannya. Tapi suatu pengunduran diri tahun depan bakal menjadi sebuah waktu sensitif terkait Amerika Serikat dijadwalkan mulai menarik pasukannya dari Afganistan pada bulan Juli 2011.


Gates kemarin berkukuh bahwa penarikan pasukan akan tetap dilakukan sesuai rencana. Komandan Amerika di Afganistan, Jendrala David Petraeus, tampak lebih berhati-hati.


The Guardian | dwi a

tempointeraktif

Indonesia Bangun Kapal Perang Tempur Terbesar

Senin, 16 Agustus 2010 | 19:35 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementrian Pertahanan hari ini melaunching rencana pembangunan kapal perang Perusak Kawal Rudal. Kapal PKR ini merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibuat di Indonesia. "Ini memperkuat kekuatan laut kita dan dengan ini kita memiliki kekuatan yang dapat membuat gentar pihak lain yang mengancam," ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam keterangan persnya di kantor Kementerian Pertahanan, Senin (16/8).

Purnomo melanjutkan, pembangunan kapal perang yang akan dimulai pada tahun depan ini dan selesai dikerjakan selama 4 tahun merupakan cara Indonesia untuk mengembangkan dan memperkuat pertahanan negara. "Bisa digunakan untuk berbagai operasi, misal untuk operasi perdamaian," katanya. Di Asean, lanjut Purnomo, hanya Singapura yang memiliki jenis kapal perang tempur sejenis ini.

Menambahkan pernyataan Menhan, Kepala Staff Angkatan Laut, Letnal Jenderal Erris Heriyanto mengatakan, pengunaan kapal PKR ini tergantung dari intensitas permintaan. "Kapal ini tergantung dari permintaan panglima TNI, bisa untuk patroli mengitari Indonesia karena ancaman yang kita hadapi bisa datang dari seluruh perairan," kata Erris. Kapal perang ini juga bisa untuk mengawal kapal-kapal kecil lainnya.

Kapal perang yang memiliki panjang 105 meter dan berat 2400 ton dan juga peralatan perang avionik-elektronik canggih ini akan dibangun oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri. Sebagai bagian dari alih teknologi, kerjasama ini juga akan dilakukan dengan negara Belanda. Adapun biaya yang dikeluarkan untuk membangun satu unit kapal perang adalah sebesar $220 juta yang dananya berasal dari APBN.

Kapal perang jenis PKR ini dilengkapi perlengkapan avionik elektronik yang dapat digunakan untuk berbagai misi operasi peperangan seperti elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. 

Kapal perang ini dilengkapi peralatan antara lain radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan meriam kaliber 76-100mm dan kaliber 20-30mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo.

Ririn Agustia

Senin, 16 Agustus 2010

Israel Akan Beli 20 Jet Tempur F-35


Senin, 16 Agustus 2010 08:55 WIB

Jerusalem (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak telah menyetujui pada prinsipnya, Minggu, pembelian 20 jet tempur siluman yang dapat menghindari radar buatan Amerika Serikat menurut perjanjian senilai 2,75 miliar dolar AS, demikian beberapa pejabat pertahanan mengatakan.

Pesawat-pesawat perang F-35 itu diperkirakan akan diserahkan antara 2015 dan 2017, kata seorang pejabat pertahanan Israel, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Beberapa pejabat Israel telah membicarakan mengenai musuh lama negara itu, Iran, yang secara potensial telah mengembangkan senjata nuklir pada pertengahan dasawarsa.

Israel memberi kesan bahwa pesawat-pesawat F-35 tersebut tidak akan digunakan untuk aksi pencegahan, tapi lebih untuk menyokong penangkisan negara itu.

Satu pernyataan kementerian itu mengatakan Barak "telah menyetujui pada prinsipnya rekomendasi Pasukan Pertahanan Israel dan Kementerian Pertahanan untuk maju terus" dengan pembelian tersebut.

Pesawat-pesawat tempur siluman itu, dibuat oleh Lockheed Martin Corp, "akan memberi Israel keunggulan udara yang berlanjut dan memelihara kemajuan teknologi di wilayah kita", kata Barak seperti dikutip dalam pernyataan tersebut.

Pejabat pertahanan itu mengatakan Israel telah merencanakan untuk membeli pada awalnya 20 pesawat, yang diperkirakan harga seluruhnya mencapai 2,75 miliar dolar AS, yang akan ditutup dengan pemberian tahunan pertahanan AS sebesar 3 miliar dolar.

Beberapa pejabat memprediksi persetujuan akhir dari perjanjian itu dapat diberikan pada akhir September oleh panel para menteri pemerintah Israel.

Israel akan menjadi negara asing pertama yang akan menandatangani perjanjian untuk membeli F-35, atau Pesawat Tempur Serang Bersama, di luar delapan mitra internasional yang telah membantu mengembangkan pesawat itu.

Perjanjian itu telah dirundingkan sejak September 2008, ketika Pentagon pertama menyetujui penjualan 25 jet tempur tersebut dengan opsi lebih banyak pada tahun-tahun mendatang.

Pesawat F-35 dirancang untuk menghindari deteksi radar dan dapat memainkan peran dalam upaya Israel untuk memukul apa yang Israel anggap sebagai ancaman pada kelangsungan hidupnya yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran. Teheran membantah tuduhan Barat dan Israel bahwa negara itu telah berusaha untuk menghasilkan senjata atom.

Dirjen Kementerian Pertahanan Udi Shani menyatakan penggabungan teknologi Israel ke dalam F-35 telah memainkan peran dalam keputusan Barak untuk membeli pesawat-pesawat itu.

Israel, yang secara luas dianggap sebagai satu-satunya negara di Timur Tengah yang memiliki arsenal nuklir, juga telah mempertimbangkan opsi yang lebih murah -- pembelian versi pesawat tempur Boeing F-15 yang telah dimodivikasi.
(S008/A024)

Korut Ancam Hukum Keras Korsel


Senin, 16 Agustus 2010 03:31 WIB

Seoul (ANTARA News/AFP) - Militer Korea Utara hari Minggu mengancam menghukum keras Korea Selatan karena melakukan latihan perang besar-besaran dengan AS pekan ini.

Militer dan rakyat Korea Utara akan "melakukan pembalasan tanpa ampun" terhadap sekutu seperti yang sudah diumumkan di dalam dan luar negeri, kata seorang juru bicara militer dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh media pemerintah.

"Tindakan pembalasan militer (Korea Utara) akan merupakan hukuman paling keras yang tidak pernah ditemui di dunia," katanya.

Peringatan itu disampaikan sehari sebelum pasukan AS dan Korea Selatan memulai latihan perang komputerisasi selama 10 hari yang bernama "Ulchi Freedom Guardian (UFG)".

Sekitar 30.000 prajurit AS akan mengambil bagian dalam latihan itu, kata seorang juru bicara militer AS, dengan menambahkan bahwa sejumlah prajurit Amerika yang berada di AS juga akan bergabung dalam latihan itu melalui jaringan kerja komputer.

Sekitar 56.000 prajurit Korea Selatan akan dimobilisasi dalam latihan perang itu, kata seorang juru bicara kementerian pertahanan.

Dalam pesan yang dipasang di situs berita militer AS, Jendral Walter Sharp, yang memimpin sekitar 28.500 prajurit AS yang ditempatkan di Korea Selatan, menyebut latihan itu sebagai salah satu latihan gabungan terbesar di dunia.

Latihan keamanan terpisah yang melibatkan para pejabat dan prajurit pemerintah Korea Selatan akan diadakan selama periode itu, kata kantor berita Yonhap.

Ketegangan lintas-batas meningkat tajam sejak Korea Selatan dan AS menuduh Korea Utara mentorpedo sebuah kapal perang Seoul yang menewaskan 46 orang pada akhir Maret.

Korea Utara membantah terlibat dalam tenggelamnya kapal itu dan mengancam melakukan pembalasan atas apa yang disebutnya latihan provokatif yang dilakukan sebagai tanggapan atas insiden kapal tersebut.

Latihan terakhir itu merupakan salah satu dari serangkaian latihan terencana dalam beberapa bulan ini, beberapa diantaranya dilakukan dengan AS, sekutu Seoul, dalam unjuk kekuatan terhadap Korea Utara.

Ketegangan meningkat sejak tenggelamnya kapal perang Korea Selatan Cheonan pada 26 Maret.

Dewan Keamanan PBB mengecam penenggelaman kapal Korea Selatan itu namun tidak secara langsung menyalahkan Korea Utara, meski AS dan Korea Selatan meminta kecaman PBB terhadap negara komunis itu.

Korea Utara telah membantah terlibat dalam tenggelamnya kapal Cheonan di dekat perbatasan laut yang disengketakan kedua negara Korea itu.

Penyelidik internasional pada 20 Mei mengumumkan hasil temuan mereka yang menunjukkan bahwa sebuah kapal selam Korea Utara menembakkan torpedo berat untuk menenggelamkan kapal perang Korea Selatan itu, dalam apa yang disebut-sebut sebagai tindakan agresi paling serius yang dilakukan Pyongyang sejak perang Korea 60 tahun lalu.

Sebanyak 46 orang awak Korea Selatan tewas ketika kapal perang itu tenggelam di dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan dengan wilayah utara pada Maret lalu dalam kondisi misterius setelah ledakan yang dilaporkan.

Korea Selatan mengumumkan serangkaian pembalasan yang mencakup pemangkasan perdagangan dengan negara komunis tetangganya itu.

Korea Utara membantah terlibat dalam insiden tersebut dan membalas tindakan Korea Selatan itu dengan ancaman-ancaman perang.

Seorang diplomat Korea Utara mengatakan pada 3 Juni, ketegangan di semenanjung Korea setelah tenggelamnya kapal perang Korea Selatan begitu tinggi sehingga "perang bisa meletus setiap saat".

Dalam pernyataan pada Konferensi Internasional mengenai Perlucutan Senjata, wakil utusan tetap Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Ri Jang-Gon, menyalahkan "situasi buruk" itu pada Korea Selatan dan AS.

"Situasi semenanjung Korea saat ini begitu buruk sehingga perang bisa meletus setiap saat," katanya.

Kedua negara Korea itu tidak pernah mencapai sebuah perjanjian perdamaian sejak perang 1950-1953 dan hanya bergantung pada gencatan senjata era Perang Dingin. (M014/K004)

Sabtu, 14 Agustus 2010

Jerman Pertimbangkan Kurangi Personil Militernya

Sabtu, 14/08/2010 10:58 WIB

Berlin - Kementerian Pertahanan Jerman tengah mempertimbangkan untuk mengurangi jumlah personel militernya lebih dari sepertiga. Praktik wajib militer pun untuk sementara dihentikan.

Semua itu dilakukan untuk menekan biaya pertahanan. Demikian disampaikan sumber-sumber pemerintah Jerman seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu (14/8/2010).

Pemerintah Jerman saat ini sedang menelaah lima model berbeda untuk merombak angkatan bersenjatanya sebagai langkah penghematan biaya dan modernisasi militer.

Menteri Pertahanan Karl-Theodor zu Guttenberg cenderung memilih skema yang akan membuat jumlah angkatan bersenjata berkurang menjadi 163.500 personel dari sekitar 250.000 personel saat ini.

Dari jumlah itu, nyaris seluruh pasukan akan merupakan prajurit karir. Ditambah lagi dengan sekitar 7.500 relawan jangka pendek yang akan menggantikan 60 ribu pasukan relawan yang saat ini ditugasi untuk periode enam bulan.

Rencana pengurangan jumlah militer ini dilakukan di tengah meningkatnya peran militer Jerman di luar negeri. Dalam dua dekade terakhir, militer Jerman ikut serta dalam misi internasional di negara-negara dilanda konflik seperti Somalia, Kosovo, Kongo dan Afghanistan. Total 6.700 prajurit Jerman ditempat di luar negeri saat ini.

(ita/gah)

detiknews

Resmi, Rusia Suplai Bahan Bakar Reaktor Iran


13/08/2010 - 20:29

INILAH.COM, Moskow - Pemerintah Rusia akan segera mengisi bahan bakar untuk reaktor nuklir Iran, per 21 Agustus mendatang.

"Mengisi bahan bakar nuklir itu merupakan bagian dari langkah memulai penggunaan pembangkit tenaga di Bushehr, Iran. Namun begitu, tanggal itu bukan berarti tanggal operasionalnya," demikian seorang jubir badan nuklir Rusia, seperti dilansir VOA News, Jumat (13/8).

Selama ini, Rusia membantu Iran membangun reaktor nuklir. Posisi Moskow dalam program nuklir Teheran makin dikukuhkan dalam berbagai langkah yang dilakukan beberapa waktu terakhir. Barat yang dipimpin AS, menuding Iran berusaha membuat senjata nuklir.

Iran terus menyangkal dan bersikeras program mereka bertujuan damai dan hanya mencari energi alternatif semata. Bulan lalu, Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengimbai Iran untuk menjelaskan program nuklirnya secara transparan. Serta bekerjasama dengan komunitas internasional.

Rusia juga ikut menyetujui sanksi keempat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada Iran, karena menolak memberhentikan program pengayaan uranium mereka. [mah]


Latihan AL AS-Korsel Provokasi China


Jumat, 13 Agustus 2010 | 21:51 WIB

BEIJING, KOMPAS.com - Keputusan AS menggunakan kapal induk bertenaga nuklir dalam latihan bersama angkatan laut dengan Korsel merupakan provokasi terbaru terhadap China dan negara tetangganya.

Dalam komentarnya yang diterbitkan di surat kabar resmi China Daily, Laksamana Madya Yang Yi, Jumat (13/8/2010) mengatakan, Washington akan membayar harga untuk keputusannya yang kacau atas keikutsertaannya pada latihan di dekat wilayah China, yang ditentang Beijing.

Yang memperingatkan, itu tindakan tidak bijaksana untuk menekan negara berpenduduk 1,3 miliar. Ada ruang lingkup yang luas bagi kerjasama angkatan laut AS-China. Hendaknya Washington memilih rute secara hati-hati.

Pekan lalu, juru bicara Pentagon, Geoof Morrell mengatakan, latihan bersama AS-Korsel mendatang akan melibatkan kapal induk bertenaga nuklir USS George Washington di Laut Kuning, yang memisahkan semenanjung Korea dari China.

"Ini akan menjadi provokasi terbaru setelah serangkaian kegiatan gabungan AS-Korea Selatan yang telah menyebabkan ketegangan-ketegangan di Asia Timur," kata Yang.

"Menyinggung rakyat China adalah tidak sebagai kepentingan mendasar bagi AS," kata laksamana madya, yang mantan direktur Lembaga Pengkajian Strategis pada Universitas Pertahanan Nasional Tentara Pembebasan Rakyat.

"Suatu kegiatan yang ditujukan untuk menekan negara dengan penduduk 1,3 miliar dengan potensi yang besar, tidak akan bijaksana."

internasional.kompas